Kehilangan,
tidak pernah menjadi hal yang mudah diterima. Jangankan kehilangan sesuatu yang
berharga dalam hidup, ketika sesuatu yang kamu abaikan pergi akan tetap ada rasa
kehilangan yang menyisakan bilur di salah satu sudut hati.
Kehilangan
tidak pernah benar2 dipahami kecuali oleh orang yang mengalami. Sungguhpun
setiap orang akan berkata "turut berdukacita sedalam- dalamnya" tapi
rasa duka itu tidak pernah sama. Sekalipun setiap mulut berujar, “kamu pasti
bisa kuat” namun belum tentu ia sendiri akan kuat bila ia yg merasakan
kehilangan. Pahitnya kehilangan, hanya bisa dikecap oleh yang telah merasakan
kehilangan juga.
Kehilangan,
tidak pernah ada waktu yang tepat. Selalu ada rasa tidak siap, selama dan setua
apapun dia berada disampinmu. Jangankan kehilangan yang terjadi dengan
kecepatan cahaya, kepada dia yang telah menunjukkan tanda-tanda kepergian sejak
lama pun, kamu akan selalu berharap bahwa ini bukanlah wakunya berpisah. At
least not today..
Rasa
tidak mudah, tidak dipahami dan tidak siap itu bergulir pada saya saat ini.
Iya, kali ini memang giliran saya yang merasa kehilangan (lagi).
Ayah,
malaikat penjaga tanpa sayap yang dikaruniakan allah pada saya, kembali pulang
padaNya saat baru beberapa bulan saya lulus dari SMA.
A
Dicky, cahaya dalam hidup saya, sang kakak sejati, superhero saya, dijemput oleh malaikatNya pada satu minggu
setelah saya wisuda. Seolah – olah ayah
mengestafetkan tongkat sebuah amanah pada a dicky, dan ketika amanah itu tuntas
maka selesai pula waktu a dicky bersamaku.
I feel
dying inside for weeks…I’m fine, I’m just too sad. Tidak peduli dengan segala macam teori, terapi
dan kata – kata mutiara yang biasanya saya berikan pada konseli. Saya memilih
untuk larut dalam suasana duka. tidak ingin hal ini terjadi sekarang, titik.
.
.
.
Tapi,
Thanks God akhirnya kesadaran itu muncul juga. Kesadaran untuk memilih hal yang
lebih baik dari hari kemarin.
Saya
bisa meratap pada Allah dan terus bertanya…
mengapa tuhan? Mengapa harus sekarang? mengapa
harus saya? mengapa saat mereka belum saya bahagiakan?
Atau
Saya
bisa berterimakasih pada Allah
Terimakasih ya Allah, saya telah diberi
masa2 emas dalam hidup saya bersama mereka
Terimakasih ya Allah, untuk semua kenangan
indah dan sungguh, mereka benar – benar hanya meninggalkan kenangan indah untuk
saya. Tidak pernah ada pertengkaran, tidak ada airmata, tidak ada sekalipun
saya merasa dikecewakan.
Terimakasih Tuhan, saya telah diberi
kesanggupan dan kesempatan untuk memenuhi amanah dari mereka sebelum mereka
kembali padaMU. Padahal mudah saja bagiMu untuk memanggil mereka pulang lebih
cepat. Tentu itu akan menyebabkan rasa sesal yang lebih dalam lagi.
Terimakaish tuhan untuk segala hal yang
luput saya syukuri
Saya
bisa terpuruk dan merasa tidak berarti lagi mengejar mimpi.
Untuk apa berjuang setengah mati sendirian jika nanti saya
tidak bisa melihat bahagia diwajah kalian?
Atau
saya bisa menjadikan mimpi yg tertunda itu sebagai motivasi terbesar dalam
kehidupan saya.
Karena
meskipun ayah dan kakak tidak bisa mendengar dan melihat saya lagi, tapi Allah
yang maha kuasa bisa mengabarkan pada mereka kelak bahwa saya bisa berhasil
mewujudkan mimpi2 kita bersama.
Saya
bisa saja terhanyut lama dengan menjalani hidup bagaikan zombie.
Atau
saya bisa bangkit dan bahkan menjadi muslimah yang lebih baik dari sebelumnya. Kembali tersenyum dan menebar kehangatan di setiap hati yang saya jumpai.
Sehingga setiap kebaikan saya lakukan bisa mengalirkan kebaikan pula bagi ayah
dan kakak.
Saya
bisa saja merasa orang yg malang yang ditinggalkan atau merasa bahwa saya
teramat diberkahi dengan hadirnya para malaikat Allah di bumi.
Pada
akhirnya saya menyadari bahwa saya tidak boleh menjadj orang yang egois. Hanya
karena tidak ada lagi sosok ayah dan kakak yg selalu menjaga saya lalu saya merasa tidak adil, padahal mungkin inilah yang mereka inginkan.
Bagaimana
mungkin saya marah karena keiginan saya tidak terlaksana sedangkan mereka atas
izin allah merasa bahagia disana? menjadi orang terpilih yang cepat diangkat
rasa sakitnya? menjadi orang langka yang dimudahkan pada nafas terakhirnya?
menjadi orang yang dilidungi dari kematian yg tidak wajar? Mereka yang amat
sangat beruntung karena didoakan oleh banyaknya orang yang mencintai mereka.
Mereka berdua yang hingga saat ini masih sering disebut2 kebaikannya? Wahai
diriku bukankah harusnya engkau turut
berbahagia atas kebahagiaan mereka? bilapun sedih dan khawatirnya harusnya
kareana diriku sendirilah yang belum tentu akhir hidupku sebaik jalan cerita
mereka.
Be
miserable or motivate yourself, the choice is always yours….
Second Choice, 😊
BalasHapus